Dari Balik Jeruji dan Derita Penyakit Mematikan, Ronal Efendi Titip Pesan Mengharukan untuk Keluarga dan Sahabat

Aspirasi Rakyat— Sebuah kabar menggetarkan hati datang dari balik jeruji besi. Ronal Efendi, seorang warga binaan yang kini tengah menjalani masa tahanan, menyampaikan pesan pilu setelah divonis menderita penyakit serius berjenis C.710 — salah satu bentuk kanker otak ganas yang dikenal agresif dan mematikan.

Dalam surat terbuka yang ditulis dengan tangan bergetar dan hati yang remuk, Ronal mencurahkan isi hatinya kepada keluarga dan para sahabat. Surat tersebut mengandung ungkapan penyesalan, rasa rindu yang mendalam, serta kesadaran akan hidup yang mungkin tak lagi panjang.

“Aku menulis ini bukan karena kuat, tapi karena aku lemah… Karena setiap malam adalah pertarungan antara napas dan air mata,” tulis Ronal.

Di balik dinding lembaga pemasyarakatan, Ronal menjalani hari-harinya dalam kesunyian dan ketidakpastian. Diagnosis C.710 yang ia terima seakan menjadi vonis ganda—selain kehilangan kebebasan, ia kini juga kehilangan kekuatan tubuhnya sendiri.

Dalam suratnya, Ronal memohon maaf kepada ibunda tercinta, menyampaikan penyesalan kepada ayahnya, dan menitip pesan hangat kepada adik-adik serta sahabat-sahabatnya yang dulu menjadi bagian dari hari-harinya yang penuh warna.

“Jika ini adalah musim gugur terakhir dalam hidupku, maka aku ingin pergi dengan satu keyakinan: bahwa di luar sana, masih ada hati-hati yang mendoakanku dalam diam.”

Pesan Ronal menyentuh banyak pihak. Beberapa rekan di dalam lapas menyebutnya sebagai pribadi yang akhir-akhir ini berubah menjadi lebih tenang, lebih sering berdoa, dan menulis.

Kini, melalui rilis ini, Ronal berharap pesannya bisa sampai kepada keluarga dan sahabat yang selama ini menjadi sumber kekuatannya dari kejauhan.

Ronal Efendi tidak meminta simpati. Ia hanya ingin didengar, dimaafkan, dan dikenang bukan karena tempatnya sekarang—melainkan karena cinta yang pernah ia bagi, meski dalam diam.

Berikut isi surat Ronal Efendi Yang diterima Oleh redaksi

Kepada Keluarga dan Sahabat yang Kucintai,
(Dari seseorang yang sedang perlahan tenggelam…)

Aku menulis ini bukan karena kuat. Tapi justru karena aku lemah. Karena setiap malam kini adalah pertarungan antara napas dan air mata, antara ingin menyerah dan mencoba bertahan meski dunia terasa begitu jauh.

Namaku masih Ronal Efendi… Tapi entah sejak kapan aku merasa asing pada diriku sendiri. Di tempat ini, di balik dinding dingin dan jeruji yang membatasi tubuhku dari dunia luar, aku juga harus menanggung satu kenyataan getir: tubuhku telah divonis. C.710. Penyakit itu kini hidup dalam tubuhku, pelan-pelan menggerogoti bukan hanya fisik, tapi juga harapanku.

Kepada Ibu…
Maafkan anakmu ini yang dulu sering mengecewakan. Seandainya aku bisa memutar waktu, aku ingin pulang… sekadar duduk di dekatmu, mencium tanganmu, dan bilang bahwa aku takut. Aku benar-benar takut, Bu. Aku tidak tahu apakah aku masih akan sempat melihat mata Ibu lagi. Aku hanya bisa memeluk bayanganmu dalam doa, setiap malam, sambil menangis diam-diam.

Untuk Ayah…
Aku tahu Ayah selalu ingin anak laki-lakinya kuat. Tapi Ayah, hari ini aku merasa sangat rapuh. Aku bukan Ronal yang dulu lagi. Aku sedang berperang dengan tubuhku sendiri, dan di saat yang sama, dikelilingi tembok sepi yang tak bisa kugoyahkan. Aku ingin bilang: aku lelah, Yah. Aku benar-benar lelah…

Untuk adik-adikku dan sahabat-sahabatku…
Jangan ingat aku sebagai Ronal yang jatuh dan terpenjara. Ingat aku sebagai seseorang yang pernah tertawa bersama kalian, yang pernah punya mimpi, dan yang sangat mencintai kalian diam-diam, dalam caranya yang paling sederhana.

Aku tak tahu apa yang terjadi besok. Aku tak tahu apakah Tuhan masih memberiku cukup waktu untuk menebus semua kesalahan yang telah kuperbuat. Tapi jika surat ini sampai ke tangan kalian, tolong… jangan tangisi aku. Doakan aku. Maafkan aku.

Sungguh, tak ada yang lebih menyakitkan daripada merasa sekarat… saat orang-orang yang paling kita cintai begitu jauh, tak bisa dipeluk, tak bisa dipandang mata mereka, dan hanya bisa dirindukan dalam doa yang nyaris putus.

Jika ini adalah musim gugur terakhir dalam hidupku, maka aku ingin pergi dengan satu keyakinan: bahwa di luar sana, masih ada hati-hati yang mendoakanku dalam diam.

Dari dalam jeruji dan tubuh yang perlahan melemah,
Ronal Efendi

Surat Diterima Redaksi Pada Tanggal 14 Juli 2025.Red

Related posts